Friday, May 25, 2007

Bekerja Cerdas, Bekerja Ikhlas

Judul itu saya dapat saat saya membaca buku karya Uken Junaedi yang berjudul "Menjadi Sejahtera dengan bekerja Cerdas" (2007). Buku itu sedikit "memaksa" saya untuk becermin diri. Merefleksi kembali apa yang telah saya lakukan untuk diri saya, orang lain, pekerjaan, dan yang terutama untuk Sang Khalik. Buku itu telah cukup menohok lubuk di bagian cukup dalam hati saya, kenapa? karena saya mendapatkan kata-kata yang memiliki arti dalam seperti ikhlas, cerdas, tangkas, memberi, tekun, tuntas, dan kerja keras. Arti yang kemudian membuat saya berpikir, ..iya ya apa yang sudah saya lakukan, apa yang membuat saya bekerja menjadi guru playgroup, apa saya sudah cukup ikhlas bekerja, apa saya sudah bekerja keras, apa saya sudah optmal dalam memberi, apa saya sudah cukup tekun dan tuntas dalam bekerja. Ya, pertanyaan itu yang mengusik saya setelah membaca buku itu dan tentunya setelah sebelumnya saya mendapatkan beberapa kali wejangan alias perenungan.

Awalnya, saya yang tidak pernah berniat menjadi seorang guru playgroup tiba-tiba berada di sini, di sebuah lingkungan yang penuh dengan celoteh anak-anak kecil dengan berbagai keunikan. Sungguh berat awalnya saya menjalani kehidupan sebagai seorang guru. Bayangkan selama hampir satu bulan saya tidak sanggup bertemu atau mendengar tangisan seorang anak kecil. Tapi kemudian seiring dengan waktu, seiring dengan semua yang saya lakukan...ternyata ajaib...subhanallaah..seperti disihir saya menjalani pekerjaan ini dengan baik, dengan senang hati, dan saya belajar menyukai pekerjaan ini.

Belajar menyukai pekerjaan ini memang bukan pekerjaan yang mudah. Beberapa kali saya tenggelam dalam berbagai situasi yang labil. Saya bisa mendadak sangat semangat bekerja, tapi tiba-tiba bisa kehilangan minat untuk bekerja. Mengapa? Tidak perlu mencari pembenaran untuk pertanyaan ini. Saya akan mencoba merefleksikan apa yang terjadi.

Minat saya yang sungguh tidak konsisten, membuat saya merasa menjadi orang yang cepat lelah saat bekerja. Gaji dan tunjangan yang saya dapat selalu dirasakan tidak cukup dan sebanding dengan kerja yang sudah saya lakukan, seperti pulang malam ya setidaknya magrib dari sekolah, mengurus segala hal administratif yang cukup memusingkan, mempersiapkan alat bahan, memikirkan anak-anak, sejumlah pelatihan, dan libur atau waktu beristirahat yang dirasa sangat kurang serta tidak ada waktu untuk diri sendiri seperti mengembangkan hobi, dan sebagainya. Setiap kali mengeluh, saya hampir selalu berkata "saya sudah bekerja keras", tapi apakah saya sudah ikhlas bekerja? sudahkah saya tekun dalam bekerja? apakah saya sudah bekerja dengan cerdas?

Jawaban dari ketiga pertanyaan itu adalah MUNGKIN BELUM SEPENUHNYA SAYA LAKUKAN. Mengapa saya menjawab seperti itu? Ternyata itu semua karena:
1. Saya masih belajar untuk sepenuhnya mencintai pekerjaan saya. Saya masih belajar untuk benar-benar memberi ilmu pada anak didik saya. Memberi cinta tulus kepada mereka tanpa mementingkan mana anak yang saya sukai. Saya juga masih belajar untuk menghargai anak didik, partner, atasan, dan orang-orang di lingkungan sekolah, bahkan saya masih belajar untuk mencintai urusan administratif seperti menulis laporan perkembangan, menulis buku komunikasi, inventaris barang, dan sebagainya.
2. Saya masih belajar untuk meningkatkan motivasi bekerja saya. Salah satu kelemahan saya adalah kurang motivasi dalam menuntaskan pekerjaan saya. Saya termasuk golongan manusia pencinta Deadline karena biasanya otak saya bekerja lancar tanpa hambatan saat saya dikejar oleh makhluk bernama deadline. Jika saya tidak dikejar target atau deadline atau apapun kata yang berhubungan dengan itu, acapkali saya terlihat hanya sebagai konseptor dan pelaksana tapi mungkin tidak menuntaskan pekerjaan yang saya lakukan.
3. Saya masih belajar untuk bekerja cerdas. Selama saya bekerja, mungkin bisa dihitung kapan saya bisa bekerja cerdas dan ikhlas. Jika saya sudah bekerja cerdas dan ikhlas mungkin saya tidak akan mengeluh ketika mendapatkan beban dalam bekerja, mungkin saya tidak akan mempertanyakan gaji dan tunjangan lainnya, mungkin saya tidak akan mengeluhkan gesekan dengan partner, mungkin saya tidak akan mempermasalahkan anak-anak dengan berbagai hambatan perkembangan, atau mungkin saya tidak akan menderita penyakit psikosomatis karena stres. Jika saya bekerja cerdas dengan membagi waktu dengan tepat, mengelola gaji saya dengan baik, memanage kelas dengan baik, dan sebagainya, saya yakin semua beban itu akan hilang.
4. Saya masih memperhitungkan kata "menerima" bukan "memberi". Apa yang sudah saya lakukan untuk pekerjaan saya. Kontribusi apa yang sudah saya berikan untuk sekolah yang sudah memberikan saya penghidupan selama 3 tahun ini. Jika "memberi" sudah sering saya lakukan, mungkin saya tidak akan mengeluh.
5. Ternyata yang paling penting dari semuanya adalah Doa dan Ikhtiar.

Belajar merefleksi membuat saya merasa saya belum menjadi guru yang sejahtera karena saya belum cukup bekerja dengan cerdas, masih ada sedikit kekurang ikhlasan ketika saya bekerja, masih ada keegoisan dalam diri saya sebagai seorang individu. Selain itu, dalam diri saya mungkin masih kurang semangat bekerja keras, ketekunan dalam menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas, dan yang terpenting mungkin saya masih sangat kurang berdoa pada Allah. ya...ini hanya sekedar refleksi yang mudah-mudahan kemudian dapat saya wujudkan dalam kehidupan nyata sehingga suatu hari saya akan menjadi orang dan guru yang sejahtera.

"Tidak ada manusia di dunia ini yang SUKSES berkarya, kecuali orang-orang yang selalu bekerja keras, bekeja cerdas, bekerja ikhlas, dan bekerja tuntas. Bilamana itu dilakukan, maka Hidup akan Sejahtera, serta jangan lupa untuk selalu berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Ingat! 99% yang kita lakukan adalah Doa/Ikhtiar, dan 1% saja adalah Takdir." (Junaedi, 2007:164)


JADI SELAMAT MEREFLEKSI DIRI. SELAMAT BEKERJA CERDAS DAN JADILAH ORANG YANG SEJAHTERA

3 comments:

Anonymous said...

Terima kasih atas artikelnya. aku sedang drop semangat. Artikel ini cukup bermanfaat. Sekali lagi terima kasih

Anonymous said...

sama ya rasanya.. huhu. terasa berat tp harus dijalanin jua. harus juga jd ikhlas akhirnya.

Rada Edan said...

Thanks